Pemilu 2009 tinggal 5 bulan lagi. Berbagai persiapan dan kampanye sudah semakin marak. Berikut sekilas pandangan saya tentang Pemilu 2009.
Kampanye Caleg dan Capres
Kampanye Caleg dan Capres sudah semakin marak. Eskalasi politik semakin meningkat. Banyak poster dan iklan diri para Caleg kita lihat di mana-mana. Tetapi, efektifkah iklan diri tersebut? Kebanyakan iklan diri yang saya lihat di jalan dan televisi tidak klik di hati saya. Kebanyakan hanya lagi-lagi menabur janji-janji surga. Itu di media televisi. Sedangkan di media luar ruang (umbul-umbul, spandoek, dll) lebih mirip iklan orang narsis (memuji diri sendiri secara berlebihan). Tidak jelas program yang ditawarkan oleh para caleg dan capres tersebut untuk mencapai tujuan yang mereka janjikan. Apa saja yang telah mereka perbuat sehingga berani menuliskan bahwa mereka seperti yang ada di iklan tersebut juga tidak jelas.
Selain program yang tidak jelas, kebanyakan para caleg masih asing bagi orang awam seperti saya. Melihat poster terpampang di dekat kompleks rumah saya, tanda tanya besar timbul di benak saya. Siapakah dia? Koq ujug-ujug ada nama tersebut? Lurah saya bukan, Camat saya juga bukan, pengurus RT/RW saya juga bukan. Penghuni kompleks rumah saya maupun tetangga sekitar kompleks juga bukan. Dari mana munculnya?
Caleg dan Capres
Caleg dan Capres masih akan diwarnai oleh orang-orang yang sudah kenyang pengalaman. Artinya dari dulu ya kerjaannya (calon) anggota legislatif dan calon presiden. Hanya ada beberapa nama baru yang belum pernah ‘nyapres’ seperti mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso dan Ketua Umum PAN Soetrisno Bachir. Selebihnya muka-muka lama yang sudah pernah nyapres, dan pejabat inkumben.
Dalam hal Capres, saya mempunyai catatan khusus terhadap PKS. Jika diperhatikan dari beberapa pilkada, PKS terkesan kurang percaya terhadap kadernya. Untuk Pemilu 2004 saja mereka tidak mencalonkan Dr. Hidayat Nurwahid sebagai Capres. Bahkan setelah Hidayat Nurwahid resmi sebagai ketua MPR, PKS tidak mengajukan seorang Capres pun. Di beberapa pilkada, PKS mencalonkan orang yang non kader. Apakah PKS begitu kekurangan kader yang kompeten? Padahal PKS sudah masuk dalam jajaran partai besar seperti Golkar dan PDIP. Kader-kadernya juga banyak intelektual. Bahkan pengamat Indonesia dari Amerika Serikat Prof. Daniel Lev (alm) sedikit menyinggung bahwa masyarakat Indonesia terlalu mendengarkan apa yang terjadi di Amerika Serikat pasca kejadian 911 tentang terorisme. Opini yang berkembang di Indonesia adalah teroris identik dengan Islam. Memang diakui nuansa PKS yang Islami sangat kental. Tapi menurut Daniel Lev, itu seharusnya tidak dijadikan tolok ukur oleh rakyat Indonesia. Karena kondisi Indonesia sangat berbeda dengan kondisi Amerika Serikat. Saya, seperti kebanyakan rakyat Indonesia lainnya, juga mendengarkan apa kata Amerika Serikat. Dan saya percaya bahwa pernyataan Prof. Daniel Lev bahwa PKS akan menjadi partai yang besar akan terbukti. Ayo PKS tunggu apa lagi, segera unjuk gigi.
Catatan lain tentang Capres saya berikan kepada Prabowo Subianto. Iklan kampanye beliau sungguh memikat. Sebelum resmi nyapres melalui Partai Gerindra, beliau sudah beriklan dengan konsep petani, peternak dan pasar tradisional. Sebagai ketua HKTI, sungguh terkesan bahwa yang diiklankan benar-benar produk petani dan peternak dalam negeri serta pasar tradisional. Dalam iklan tersebut beliau mengajak rakyat Indonesia untuk mengkonsumsi produk-produk dalam negeri dan berbelanja di pasar tradisional. Tidak ada janji yang terucap dalam iklan tersebut. Tapi pernyataan ‘dengan membeli produk dalam negeri, Anda turut mensejahterakan petani’ sungguh suatu ajakan yang mengesankan.
Gaya serupa terus dipertahankan sampai kampanye resmi Capresnya melalui Gerindra. Kita akan sejahtera jika bekerja keras dan mengkonsumsi produk dalam negeri. Dengan asumsi semakin banyak konsumsi domestik akan produk pertanian dan peternakan kita, akan semakin meningkatkan minat para pemuda untuk menjadi petani dan peternak. Akibatnya harga-harga produk pertanian dan peternakan akan dapat diturunkan melalui mekanisme pasar. Meskipun perannya sebagai Ketua HKTI tidak terlalu nampak, namun Capres ini patut dilirik.
Capres lainnya dapat pembaca nilai sendiri. Mengingat kiprahnya banyak terekspose media massa, baik positif maupun negatif.
Metode Pemilu – Langsung Tapi Aneh
Masih ingatkah kita kejadian di awal-awal anggota DPR baru 2004 bersidang? Berita baru buat kita “Anggota DPR Tawuran”. Setelah agak tenang bagaimana kondisi politik Indonesia, terutama sebelum Wapres Jusuf Kalla terpilih sebagai ketua umum Partai Golkar? Terjadi ketegangan berkelanjutan antara DPR dan Pemerintah.
Suka atau tidak suka, kita, rakyat Indonesia bertanggung jawab terhadap kondisi tersebut. Lho, koq??!! Enak aja nyalahin rakyat. Tapi kenyataannya memang begitu. Dengan sistem pemilu yang diterapkan sekarang, kondisi tersebut mudah terjadi. Kita memilih DPR sebagai wakil rakyat dengan cara PEMILIHAN LANGSUNG. Kita juga memilih Pemerintah (Presidan & Wapres) dengan cara PEMILIHAN LANGSUNG pula. Keduanya kemudian kita sandingkan dengan pesan sebagai berikut:
Menurut saya jika ingin merujuk kepada Pembukaan UUD 45 dan Pancasila Sila IV, Indonesia berdasarkan permusyawaratan/perwakilan, maka seperti masa Orde Baru, yang memilih Presiden adalah wakil rakyat di MPR/DPR. Tentunya harus ada perubahan dalam hal calon Presiden supaya tidak mudah dimanipulasi seperti dahulu.
Selain itu, logikanya jika kita memilih langsung Presiden & Wapres serta anggota DPR/MPR, maka kedua institusi tersebut HARUS melaporkan pertanggungjawabannya langsung kepada rakyat secara berkala. Presiden selama ini melaporkan hasil kerjanya di hadapan DPR dan disiarkan LANGSUNG melalui seluruh media tanah air. Ini sudah cukup dianggap sebagai laporan kepada rakyat secara LANGSUNG.
Bagaimana dengan DPR, sudahkah mereka melaporkan hasil kerjanya kepada kita sebagai rakyat yang memberi kuasa kepada mereka? Belum pernah dalam sejarah ketua DPR berpidato kemudian diliput oleh media massa secara luas.
Penutup
Jadi menurut saya, pada saat Pemilu Legislatif 2009 nanti, akan terjadi peningkatan jumlah golput, terutama yang merupakan pilihan. Penyebabnya ya antara lain tidak jelasnya kinerja wakil rakyat kita di DPR. Ketidakjelasan tersebut lebih karena tidak pernah ada laporan berkala langsung kepada rakyat seperti halnya Presiden.
Sedangkan pada Pemilu Presiden 2009, jumlah golput tidak bisa diprediksi sekarang, tetapi diramalkan akan ramai dengan maraknya wajah-wajah baru tapi lama dengan harapan-harapan lama dengan kemasan baru. SBY masih di atas angin, disusul Megawati. Calon-calon lain akan ramai di lapisan berikutnya. Sutrisno Bachir dengan Hidup adalah Perbuatan-nya, Prabowo Subianto dengan petani dan peternaknya, Sutiyoso dengan tegas-lugasnya, Sri Sultan Hamengkubuwono X dengan gaya Jawanya, Wiranto dengan pengabdiannya, dan lain lain.
Kampanye Caleg dan Capres
Kampanye Caleg dan Capres sudah semakin marak. Eskalasi politik semakin meningkat. Banyak poster dan iklan diri para Caleg kita lihat di mana-mana. Tetapi, efektifkah iklan diri tersebut? Kebanyakan iklan diri yang saya lihat di jalan dan televisi tidak klik di hati saya. Kebanyakan hanya lagi-lagi menabur janji-janji surga. Itu di media televisi. Sedangkan di media luar ruang (umbul-umbul, spandoek, dll) lebih mirip iklan orang narsis (memuji diri sendiri secara berlebihan). Tidak jelas program yang ditawarkan oleh para caleg dan capres tersebut untuk mencapai tujuan yang mereka janjikan. Apa saja yang telah mereka perbuat sehingga berani menuliskan bahwa mereka seperti yang ada di iklan tersebut juga tidak jelas.
Selain program yang tidak jelas, kebanyakan para caleg masih asing bagi orang awam seperti saya. Melihat poster terpampang di dekat kompleks rumah saya, tanda tanya besar timbul di benak saya. Siapakah dia? Koq ujug-ujug ada nama tersebut? Lurah saya bukan, Camat saya juga bukan, pengurus RT/RW saya juga bukan. Penghuni kompleks rumah saya maupun tetangga sekitar kompleks juga bukan. Dari mana munculnya?
Caleg dan Capres
Caleg dan Capres masih akan diwarnai oleh orang-orang yang sudah kenyang pengalaman. Artinya dari dulu ya kerjaannya (calon) anggota legislatif dan calon presiden. Hanya ada beberapa nama baru yang belum pernah ‘nyapres’ seperti mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso dan Ketua Umum PAN Soetrisno Bachir. Selebihnya muka-muka lama yang sudah pernah nyapres, dan pejabat inkumben.
Dalam hal Capres, saya mempunyai catatan khusus terhadap PKS. Jika diperhatikan dari beberapa pilkada, PKS terkesan kurang percaya terhadap kadernya. Untuk Pemilu 2004 saja mereka tidak mencalonkan Dr. Hidayat Nurwahid sebagai Capres. Bahkan setelah Hidayat Nurwahid resmi sebagai ketua MPR, PKS tidak mengajukan seorang Capres pun. Di beberapa pilkada, PKS mencalonkan orang yang non kader. Apakah PKS begitu kekurangan kader yang kompeten? Padahal PKS sudah masuk dalam jajaran partai besar seperti Golkar dan PDIP. Kader-kadernya juga banyak intelektual. Bahkan pengamat Indonesia dari Amerika Serikat Prof. Daniel Lev (alm) sedikit menyinggung bahwa masyarakat Indonesia terlalu mendengarkan apa yang terjadi di Amerika Serikat pasca kejadian 911 tentang terorisme. Opini yang berkembang di Indonesia adalah teroris identik dengan Islam. Memang diakui nuansa PKS yang Islami sangat kental. Tapi menurut Daniel Lev, itu seharusnya tidak dijadikan tolok ukur oleh rakyat Indonesia. Karena kondisi Indonesia sangat berbeda dengan kondisi Amerika Serikat. Saya, seperti kebanyakan rakyat Indonesia lainnya, juga mendengarkan apa kata Amerika Serikat. Dan saya percaya bahwa pernyataan Prof. Daniel Lev bahwa PKS akan menjadi partai yang besar akan terbukti. Ayo PKS tunggu apa lagi, segera unjuk gigi.
Catatan lain tentang Capres saya berikan kepada Prabowo Subianto. Iklan kampanye beliau sungguh memikat. Sebelum resmi nyapres melalui Partai Gerindra, beliau sudah beriklan dengan konsep petani, peternak dan pasar tradisional. Sebagai ketua HKTI, sungguh terkesan bahwa yang diiklankan benar-benar produk petani dan peternak dalam negeri serta pasar tradisional. Dalam iklan tersebut beliau mengajak rakyat Indonesia untuk mengkonsumsi produk-produk dalam negeri dan berbelanja di pasar tradisional. Tidak ada janji yang terucap dalam iklan tersebut. Tapi pernyataan ‘dengan membeli produk dalam negeri, Anda turut mensejahterakan petani’ sungguh suatu ajakan yang mengesankan.
Gaya serupa terus dipertahankan sampai kampanye resmi Capresnya melalui Gerindra. Kita akan sejahtera jika bekerja keras dan mengkonsumsi produk dalam negeri. Dengan asumsi semakin banyak konsumsi domestik akan produk pertanian dan peternakan kita, akan semakin meningkatkan minat para pemuda untuk menjadi petani dan peternak. Akibatnya harga-harga produk pertanian dan peternakan akan dapat diturunkan melalui mekanisme pasar. Meskipun perannya sebagai Ketua HKTI tidak terlalu nampak, namun Capres ini patut dilirik.
Capres lainnya dapat pembaca nilai sendiri. Mengingat kiprahnya banyak terekspose media massa, baik positif maupun negatif.
Metode Pemilu – Langsung Tapi Aneh
Masih ingatkah kita kejadian di awal-awal anggota DPR baru 2004 bersidang? Berita baru buat kita “Anggota DPR Tawuran”. Setelah agak tenang bagaimana kondisi politik Indonesia, terutama sebelum Wapres Jusuf Kalla terpilih sebagai ketua umum Partai Golkar? Terjadi ketegangan berkelanjutan antara DPR dan Pemerintah.
Suka atau tidak suka, kita, rakyat Indonesia bertanggung jawab terhadap kondisi tersebut. Lho, koq??!! Enak aja nyalahin rakyat. Tapi kenyataannya memang begitu. Dengan sistem pemilu yang diterapkan sekarang, kondisi tersebut mudah terjadi. Kita memilih DPR sebagai wakil rakyat dengan cara PEMILIHAN LANGSUNG. Kita juga memilih Pemerintah (Presidan & Wapres) dengan cara PEMILIHAN LANGSUNG pula. Keduanya kemudian kita sandingkan dengan pesan sebagai berikut:
- Saudara Presidan & Wakil Presiden, pimpinlah kami menuju Indonesia yang makmur, damai, dst. Jangan macam-macam sama kami. Kami sudah mengutus wakil-wakil kami di DPR untuk mengawasi kinerja Saudara. Mengerti?
- Hai Wakil Rakyat, bawa suara kami kepada Pemerintah. Awasi kerja Pemerintah. Getok saja jika ada ketidakberesan. Anda wakil kami. Tapi ingat jika Anda juga macam-macam, kekuatan kami adalah kekuatan Tuhan.
Menurut saya jika ingin merujuk kepada Pembukaan UUD 45 dan Pancasila Sila IV, Indonesia berdasarkan permusyawaratan/perwakilan, maka seperti masa Orde Baru, yang memilih Presiden adalah wakil rakyat di MPR/DPR. Tentunya harus ada perubahan dalam hal calon Presiden supaya tidak mudah dimanipulasi seperti dahulu.
Selain itu, logikanya jika kita memilih langsung Presiden & Wapres serta anggota DPR/MPR, maka kedua institusi tersebut HARUS melaporkan pertanggungjawabannya langsung kepada rakyat secara berkala. Presiden selama ini melaporkan hasil kerjanya di hadapan DPR dan disiarkan LANGSUNG melalui seluruh media tanah air. Ini sudah cukup dianggap sebagai laporan kepada rakyat secara LANGSUNG.
Bagaimana dengan DPR, sudahkah mereka melaporkan hasil kerjanya kepada kita sebagai rakyat yang memberi kuasa kepada mereka? Belum pernah dalam sejarah ketua DPR berpidato kemudian diliput oleh media massa secara luas.
Penutup
Jadi menurut saya, pada saat Pemilu Legislatif 2009 nanti, akan terjadi peningkatan jumlah golput, terutama yang merupakan pilihan. Penyebabnya ya antara lain tidak jelasnya kinerja wakil rakyat kita di DPR. Ketidakjelasan tersebut lebih karena tidak pernah ada laporan berkala langsung kepada rakyat seperti halnya Presiden.
Sedangkan pada Pemilu Presiden 2009, jumlah golput tidak bisa diprediksi sekarang, tetapi diramalkan akan ramai dengan maraknya wajah-wajah baru tapi lama dengan harapan-harapan lama dengan kemasan baru. SBY masih di atas angin, disusul Megawati. Calon-calon lain akan ramai di lapisan berikutnya. Sutrisno Bachir dengan Hidup adalah Perbuatan-nya, Prabowo Subianto dengan petani dan peternaknya, Sutiyoso dengan tegas-lugasnya, Sri Sultan Hamengkubuwono X dengan gaya Jawanya, Wiranto dengan pengabdiannya, dan lain lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar