27 Desember 2008

Bincang Santai dengan Deddy Rustandi

Tanpa disangka, kawan lama saya, Deddy Rustandi, menelepon. Dia complain karena saya kirim e-mail tanpa isi. Setelah berbasa-basi sebentar dia mengundang saya untuk datang ke rumahnya di bilangan Cimanggis, Depok.

Wah jauh juga ya... pikir saya. Tapi kapan lagi ketemu dengan Mas Deddy (teman merokok waktu di kantor). Mungkin ada ilmu yang bisa saya timba dari dia? Or just merasakan mie sapinya.

Saya kunjungi tempat dia tanggal 27 Desember 2008 bersama anak dan istri saya, karena anak saya suka sekali makan mie. Bahkan sudah bisa makan pakai sumpit meski baru berusia 3,5 tahun.

Setibanya di tempat dia, kami dibukakan pintu garasi dan disambut oleh pembantunya yang mengatakan bahwa Mas Deddy sedang sholat. Rumahnya kecil asri, dengan halaman luas dan ada 2 rumah dalam satu halaman tersebut. Kami dipersilakan masuk ke pavilyun rumah yang dirancang dengan layout warung. Tampak terpampang di dinding ada 2 penghargaan MURI yang didapat tahun 2004 (Masak 24 Jam Non-Stop 120 Resep) dan 2008 (Pembuat Mie Terpanjang). Selain dari MURI, ada juga cover Tabloid Peluang dan beberapa penghargaan dari Sekolah Tinggi Pariwisata Tri Sakti. Rupanya Mas Deddy sering memberi kuliah di STP Tri Sakti.

Dengan kaos putih dan celana 3/4 putih, Mas Deddy menemui kami. "Gak keliling Mas?" tanya saya membuka percakapan. Dia bilang sedang kurang enak badan jadi hari ini gak keliling. Kami berbasa-basi sebentar sekaligus bernostalgia sewaktu dia masih di Bogasari.

Sewaktu masuk ke 'warung' dia, saya melihat-lihat sekeliling ada tumpukan brosur yang mengiklankan franchise Mie Sapi DR. Sekilas saya tanyakan tentang franchise dia. Rupanya sudah banyak yang minta franchise dari luar Jabodetabek, tetapi belum bisa dilayani. "Kontrolnya yang saya belum bisa Gung", katanya. "Dapurnya masih di sini semua. Luar Jawa yang sudah jalan baru Batam. Karena yang bersangkutan rutin ngambil. Jadi saya gak perlu mikir pengiriman."

Pembicaraan kami terpotong karena sajian mie sapi nongol sebanyak 4 mangkok. Sungguh unik cara penyajiannya. Mangkok styrofoam dilapis dengan mangkok terbuat dari kulit pangsit, sehingga tidak ada kontak langsung antara styrofoam dengan kuah dan mie. Persis seperti terlihat di blog tetangga TemanMakan - Bisnis Mie Sapi ala Deddy Rustandi (http://temanmakan.multiply.com/journal/item/22). Hanya saja yang ada di foto tersebut mangkok kulit pangsitnya sudah dilepas dari styrofoam pegangannya. Ukuran mie juga sangat lembut. Anak saya berkomentar mie-nya seperti bihun. Di mangkok lain tersaji kuah dengan bakso yang sangat kecil-kecil seukuran gundu. Sambil usil saya nyeletuk "Sak mene 10 000 Mas?" tanya saya. "10 000 itu termasuk Teh Botol atau Soft Drink atau 2 cup air mineral". Wow... lumayan juga tidak terlalu mahal. Kalo kita hitung-hitungan harga Teh Botol atau Soft Drink per botol adalah 2 500, maka semangkok Mie Sapi DR cuma 7 500. Harga di pasaran mie ayam sekitar 6 000 - 7 000 per mangkok. Hmm... selisih cuma 500 perak dari mie ayam sedang. Gak terlalu mahal lah daging sapi kan lebih mahal daripada ayam. Tapi buat kami tentu saja gratisss....

"Unik juga ya Mas." kata saya kagum. Tapi tidak terlalu mengherankan buat saya, karena pengalaman dia menulis buku tentang pengembangan UKM di Bogasari cukup banyak. Bahkan dia adalah mantan Manager SME Relation di Bogasari yang tentu saja sudah punya banyak ilmu teori tentang per-UKM-an. Hanya saja sekarang dia berkesempatan untuk memraktekkannya sendiri.

Keunikan lain dari sajian Mie Sapi DR adalah bakso sapinya yang berukuran mikro. "Bakso juga bikin sendiri Mas?" tanya saya. "Pokoknya semua bikin sendiri." timpalnya. "Koq cilik-cilik ngene?" maklum kera ngalam (Mas Deddy) ketemu arek suroboyo (saya) ya lebih banyak Jawa Timuran. "Gae lucu-lucuan ae Gung, wong mek komplementer thok kok." (artinya: buat lucu-lucuan aja Gung, cuma komplemen saja kok bukan menu inti).

Beralih ke design pavilyun yang berbentuk warung tetapi tanpa papan nama, saya tanyakan hal itu kepada dia. Buat apa? Wong cuma buat kalo ada tamu yang ngetok pintu buat ingin makan produknya di tempat saja. Pada prinsipnya Mas Deddy tidak buka warung di rumah, tetapi menerima tamu yang ingin makan mie sapinya di tempat. Biasanya yang datang justru bukan orang sekitar. Warga sekitar tidak perlu susah-susah ke tempat Mas Deddy karena Mie Sapinya rutin berkeliling mengunjungi warga sekitar.

Sungguh unik ini bisnis Mie Sapi DR.
  1. Mie sapi, bukan mie ayam. Di saat orang ramai latah berdagang mie ayam, Deddy Rustandi memperkenalkan mie sapi. Suatu terobosan.
  2. Higienis meskipun makanan gerobak. Gerobaknya terbuat dari aluminium dan dibuat sendiri oleh Mas Deddy, karena tidak ada gerobak dengan design seperti itu di pasaran dan terbuat dari full metal. (Hmm... rupanya konsep HACCP yang pernah kami garap di Bogasari untuk para UKM binaan Bogasari dia terapkan juga. Dan yang lebih mengagumkan lagi Deddy Rustandi sudah stop merokok. Dari yang tadinya minimal 2 bungkus perhari -- Konsekuen dengan konsep higienis makanan... Selamat Mas...)
  3. Mangkok terbuat dari kulit pangsit. Cukup mengesankan didukung di rumahnya banyak peralatan lengkap untuk membuatnya. Bahkan banyak customer yang hanya memesan mangkok kulit pangsitnya saja.
  4. Bakso mikro. Suatu terobosan yang lain lagi dari sisi produk. Di saat orang ramai mengkomplemen mie ayamnya dengan jor-joran gede-gedean ukuran bakso, Mie Sapi DR justru membuat yang super mini. Cuma sebesar kelereng. Memang sih kalo dipikir buat apa jor-joran ukuran besar toh mentok juga.
Yah... itulah sekelumit obrolan saya dengan teman lama yang sudah lama gak ketemu.
Today's Quote: "Pekerjaan apapun yang kamu lakukan, asalkan kebutuhan dasar keluarga terpenuhi maka keluarga gak akan protes." (Deddy Rustandi)

24 Desember 2008

Pemilu 2009 - Renungan Awam


Pemilu 2009 tinggal 5 bulan lagi. Berbagai persiapan dan kampanye sudah semakin marak. Berikut sekilas pandangan saya tentang Pemilu 2009.

Kampanye Caleg dan Capres
Kampanye Caleg dan Capres sudah semakin marak. Eskalasi politik semakin meningkat. Banyak poster dan iklan diri para Caleg kita lihat di mana-mana. Tetapi, efektifkah iklan diri tersebut? Kebanyakan iklan diri yang saya lihat di jalan dan televisi tidak klik di hati saya. Kebanyakan hanya lagi-lagi menabur janji-janji surga. Itu di media televisi. Sedangkan di media luar ruang (umbul-umbul, spandoek, dll) lebih mirip iklan orang narsis (memuji diri sendiri secara berlebihan). Tidak jelas program yang ditawarkan oleh para caleg dan capres tersebut untuk mencapai tujuan yang mereka janjikan. Apa saja yang telah mereka perbuat sehingga berani menuliskan bahwa mereka seperti yang ada di iklan tersebut juga tidak jelas.
Selain program yang tidak jelas, kebanyakan para caleg masih asing bagi orang awam seperti saya. Melihat poster terpampang di dekat kompleks rumah saya, tanda tanya besar timbul di benak saya. Siapakah dia? Koq ujug-ujug ada nama tersebut? Lurah saya bukan, Camat saya juga bukan, pengurus RT/RW saya juga bukan. Penghuni kompleks rumah saya maupun tetangga sekitar kompleks juga bukan. Dari mana munculnya?

Caleg dan Capres
Caleg dan Capres masih akan diwarnai oleh orang-orang yang sudah kenyang pengalaman. Artinya dari dulu ya kerjaannya (calon) anggota legislatif dan calon presiden. Hanya ada beberapa nama baru yang belum pernah ‘nyapres’ seperti mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso dan Ketua Umum PAN Soetrisno Bachir. Selebihnya muka-muka lama yang sudah pernah nyapres, dan pejabat inkumben.

Dalam hal Capres, saya mempunyai catatan khusus terhadap PKS. Jika diperhatikan dari beberapa pilkada, PKS terkesan kurang percaya terhadap kadernya. Untuk Pemilu 2004 saja mereka tidak mencalonkan Dr. Hidayat Nurwahid sebagai Capres. Bahkan setelah Hidayat Nurwahid resmi sebagai ketua MPR, PKS tidak mengajukan seorang Capres pun. Di beberapa pilkada, PKS mencalonkan orang yang non kader. Apakah PKS begitu kekurangan kader yang kompeten? Padahal PKS sudah masuk dalam jajaran partai besar seperti Golkar dan PDIP. Kader-kadernya juga banyak intelektual. Bahkan pengamat Indonesia dari Amerika Serikat Prof. Daniel Lev (alm) sedikit menyinggung bahwa masyarakat Indonesia terlalu mendengarkan apa yang terjadi di Amerika Serikat pasca kejadian 911 tentang terorisme. Opini yang berkembang di Indonesia adalah teroris identik dengan Islam. Memang diakui nuansa PKS yang Islami sangat kental. Tapi menurut Daniel Lev, itu seharusnya tidak dijadikan tolok ukur oleh rakyat Indonesia. Karena kondisi Indonesia sangat berbeda dengan kondisi Amerika Serikat. Saya, seperti kebanyakan rakyat Indonesia lainnya, juga mendengarkan apa kata Amerika Serikat. Dan saya percaya bahwa pernyataan Prof. Daniel Lev bahwa PKS akan menjadi partai yang besar akan terbukti. Ayo PKS tunggu apa lagi, segera unjuk gigi.

Catatan lain tentang Capres saya berikan kepada Prabowo Subianto. Iklan kampanye beliau sungguh memikat. Sebelum resmi nyapres melalui Partai Gerindra, beliau sudah beriklan dengan konsep petani, peternak dan pasar tradisional. Sebagai ketua HKTI, sungguh terkesan bahwa yang diiklankan benar-benar produk petani dan peternak dalam negeri serta pasar tradisional. Dalam iklan tersebut beliau mengajak rakyat Indonesia untuk mengkonsumsi produk-produk dalam negeri dan berbelanja di pasar tradisional. Tidak ada janji yang terucap dalam iklan tersebut. Tapi pernyataan ‘dengan membeli produk dalam negeri, Anda turut mensejahterakan petani’ sungguh suatu ajakan yang mengesankan.

Gaya serupa terus dipertahankan sampai kampanye resmi Capresnya melalui Gerindra. Kita akan sejahtera jika bekerja keras dan mengkonsumsi produk dalam negeri. Dengan asumsi semakin banyak konsumsi domestik akan produk pertanian dan peternakan kita, akan semakin meningkatkan minat para pemuda untuk menjadi petani dan peternak. Akibatnya harga-harga produk pertanian dan peternakan akan dapat diturunkan melalui mekanisme pasar. Meskipun perannya sebagai Ketua HKTI tidak terlalu nampak, namun Capres ini patut dilirik.

Capres lainnya dapat pembaca nilai sendiri. Mengingat kiprahnya banyak terekspose media massa, baik positif maupun negatif.

Metode Pemilu – Langsung Tapi Aneh
Masih ingatkah kita kejadian di awal-awal anggota DPR baru 2004 bersidang? Berita baru buat kita “Anggota DPR Tawuran”. Setelah agak tenang bagaimana kondisi politik Indonesia, terutama sebelum Wapres Jusuf Kalla terpilih sebagai ketua umum Partai Golkar? Terjadi ketegangan berkelanjutan antara DPR dan Pemerintah.
Suka atau tidak suka, kita, rakyat Indonesia bertanggung jawab terhadap kondisi tersebut. Lho, koq??!! Enak aja nyalahin rakyat. Tapi kenyataannya memang begitu. Dengan sistem pemilu yang diterapkan sekarang, kondisi tersebut mudah terjadi. Kita memilih DPR sebagai wakil rakyat dengan cara PEMILIHAN LANGSUNG. Kita juga memilih Pemerintah (Presidan & Wapres) dengan cara PEMILIHAN LANGSUNG pula. Keduanya kemudian kita sandingkan dengan pesan sebagai berikut:



  1. Saudara Presidan & Wakil Presiden, pimpinlah kami menuju Indonesia yang makmur, damai, dst. Jangan macam-macam sama kami. Kami sudah mengutus wakil-wakil kami di DPR untuk mengawasi kinerja Saudara. Mengerti?

  2. Hai Wakil Rakyat, bawa suara kami kepada Pemerintah. Awasi kerja Pemerintah. Getok saja jika ada ketidakberesan. Anda wakil kami. Tapi ingat jika Anda juga macam-macam, kekuatan kami adalah kekuatan Tuhan.
Nah... apakah pesan tersebut tidak berarti kita mengawinpaksakan eksekutif dan legislatif? Yang satu ditugaskan oleh rakyat untuk menjalankan roda pemerintahan, yang satu ditugaskan, oleh rakyat juga, mengawasi yang menjalankan pemerintahan. Apa bukan adu domba halus itu namanya?

Menurut saya jika ingin merujuk kepada Pembukaan UUD 45 dan Pancasila Sila IV, Indonesia berdasarkan permusyawaratan/perwakilan, maka seperti masa Orde Baru, yang memilih Presiden adalah wakil rakyat di MPR/DPR. Tentunya harus ada perubahan dalam hal calon Presiden supaya tidak mudah dimanipulasi seperti dahulu.

Selain itu, logikanya jika kita memilih langsung Presiden & Wapres serta anggota DPR/MPR, maka kedua institusi tersebut HARUS melaporkan pertanggungjawabannya langsung kepada rakyat secara berkala. Presiden selama ini melaporkan hasil kerjanya di hadapan DPR dan disiarkan LANGSUNG melalui seluruh media tanah air. Ini sudah cukup dianggap sebagai laporan kepada rakyat secara LANGSUNG.
Bagaimana dengan DPR, sudahkah mereka melaporkan hasil kerjanya kepada kita sebagai rakyat yang memberi kuasa kepada mereka? Belum pernah dalam sejarah ketua DPR berpidato kemudian diliput oleh media massa secara luas.

Penutup
Jadi menurut saya, pada saat Pemilu Legislatif 2009 nanti, akan terjadi peningkatan jumlah golput, terutama yang merupakan pilihan. Penyebabnya ya antara lain tidak jelasnya kinerja wakil rakyat kita di DPR. Ketidakjelasan tersebut lebih karena tidak pernah ada laporan berkala langsung kepada rakyat seperti halnya Presiden.
Sedangkan pada Pemilu Presiden 2009, jumlah golput tidak bisa diprediksi sekarang, tetapi diramalkan akan ramai dengan maraknya wajah-wajah baru tapi lama dengan harapan-harapan lama dengan kemasan baru. SBY masih di atas angin, disusul Megawati. Calon-calon lain akan ramai di lapisan berikutnya. Sutrisno Bachir dengan Hidup adalah Perbuatan-nya, Prabowo Subianto dengan petani dan peternaknya, Sutiyoso dengan tegas-lugasnya, Sri Sultan Hamengkubuwono X dengan gaya Jawanya, Wiranto dengan pengabdiannya, dan lain lain.

22 Juli 2008

Towards High Performance Organization - Perjalanan Bank Indonesia dalam Mengelola Strategi dan Kinerja


Judul di atas adalah sebuah judul buku yang ditulis oleh Aulia Pohan (mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia) dan Tim SPAMK yang diterbitkan pada tahun 2006.

Buku ini secara umum menjelaskan tentang pengembangan dan penerapan Sistem Perencanaan, Anggaran dan Manajemen Kinerja (SPAMK) berbasis Balanced Scorecard (BSC) di Bank Indonesia. Sebuah buku yang menarik dan enak dibaca tentang aplikasi BSC di Indonesia.

Yang menarik dari buku ini adalah bagaimana Bank Indonesia, sebuah organisasi pemerintah, menerapkan BSC yang pada awal penciptaanya oleh Robert S Kaplan & David P. Norton ditujukan untuk konsumsi organisasi bisnis.

Buku ini juga menggambarkan success story serta bagaimana tahapan-tahapan, tantangan-tantangan serta langkah-langkah penyempurnaan aplikasi BSC di Bank Indonesia. Sebuah buku yang dapat menjadi cermin bagi organisasi di Indonesia pada umumnya yang ingin menerapkan BSC dalam organisasinya.

Mendapat komentar langsung dari kreator BSC yaitu Robert S. Kaplan dan David P. Norton, tentunya ini sebuah buku yang patut dimiliki sebagai panduan praktis (selain teori-teori BSC dalam buku Balanced Scorecard karya Robert Kaplan & David Norton sebagai dasar).

Selamat menikmati